top of page
Search

Empathy Leadership dalam Pandemic Covid-19

Updated: 3 days ago

Oleh : Ayu Dwi Nindyati


Pandemic covid 19 yang terjadi bukan hanya di Indonesia, namun seluruh dunia, mencambuk semua pemimpin untuk dapat tetap bertindak bijak dalam membuat kebijakan. Di Indonesia sendiri secara makro kebijakan social dan physical distancing banyak diikuti dengan work from home (WFH) dan school from home (SFH). Terkait dengan WFH banyak yang kemudian menanyakan bagaimana dengan kinerja atau produktivitas para karyawan. Sudah banyak vidcon (video conference) yang memberikan tips atau kiat bagaimana tetap produktif dengan WFH. Kalau disoroti dari setiap Vicon tersebut berangkat dari sudut pandang karyawan untuk menjadikan WFH ini menjadi produktif. Bagaimana karyawan mengembangkan perilaku yang mendukung produktivitas dengan WFH. Pertanyaan selanjutnya, Dimanakah peran pemimpin dalam menguatkan produktivitas karyawan semasa WFH? Cukupkah dengan memberikan penugasan? Cukupkah dengan menerima laporan apa yang dikerjakan dan apa yang tidak dikerjakan?


Dimanakah peran pemimpin dalam menguatkan produktivitas karyawan semasa WFH?
Dimanakah peran pemimpin dalam menguatkan produktivitas karyawan semasa WFH?

Dalam masa pandemic seperti ini, sebagai pemimpin yang pasti dituntut untuk lebih bijak

dalam mengambil keputusan. Dari beberapa kajian tipe atau gaya kepemimpinan, yang

mungkin cocok di masa pandemic adalah kepemimpinan empati (empathy leadership).

Empathy dipahami sebagai suatu kemampuan untuk memahami kebutuhan orang lain, yang artinya mengerti dengan benar perasaan dan pemikiran mereka. Berkaitan dengan

memahami kebutuhan, perasaan dan pemikiran orang lain ini tidak berarti kita setuju dengan mereka, namun kita menunjukkan kemauan untuk menghargai dan memahaminya. Empathy yang berkembang ini mampu mempromosikan perilaku prososial maupun perilaku menolong orang lain ( (Stocks, Silani, Preuscoff, Batson, & Singer, 2009). Memahami prinsip dasar empathy ini, maka bila dikaitkan dengan kemampuan mengarahkan dan memengaruihi orang lain atau perilaku memimpin, maka seorang pemimpin dengan dilandasi empathy ini akan mampu mengarahkan orang lain dengan dilandasi oleh pemahaman akan apa yang dirasakan orang lain.


Lolly Daskal (2017) (Daskal, 2017)dalam bukunya yang berjudul The Leadership Gap, what

gets between you and your greatness, menjelaskan ada enam cara empathy ini akan membentuk kepemimpinan anda.

  1. Empathy membangun bonding/keterikatan. Ketika anda peduli terhadap orang lain,

    maka anda tengah membangun keterikatan yang kuat. Anda akan dapat dengan mudah memahami ketertarikan dan motivasi mereka. Bayangkan bila teamwork kita, terbangun dengan empathy.

  2. Empathy memberikan insight (pemahaman). Insight ini terbangun ketika kita mampu mendengarkan orang lain. Dengan mendengar kita belajar, dengan belajar kita akan memupuk insight (pemahaman). Dengan memahami setiap cerita dari orang lain, maka kita akan mampu menyadari bahwa ada cerita dibalik setiap orang, ada alasan mengapa mereka menampilkan diri mereka saat ini. Dengan empathy ini, maka akan membawa kita berpikir sebelum memberikan penilaian (judge) dan membuat asumsi tentang mereka.

  3. Empathy teaches presence. Dalam konteks ini, empathy dikaitkan dengan kemampuan mendengar aktif. Kita sebagai pemimpin dituntut untuk focus pada orang yang sedang kita ajak bicara, tanpa terganggu apapun. Kehadiran anda sebagai pemimpin saat ini adalah untuk mendengarkan, mengerti, membimbing dan mendukung, bukan bertujuan membetulkan atau memberikan saran. Dengan

    mengedepankan hal kondisi saat ini, artinya pemimpin akan menempatkan orang lain sebelum dirinya.

  4. Empathy guides understanding. Tidak mudah memahami mengapa seseorang merasa atau berpikir seperti yang mereka lakukan. Tidak sedikit kita dibuat terkejut dengan reaksi orang-orang di sekitar kita. Maka dengan empathy dalam kepemimpinan kita, maka kita tidak perlu khawatir bagaimana merespon, karena sejatinya empathy leadership ini bertujuan untuk mendengarkan bukan merespon, bukan membalas namun memahami. Dengan empathy akan membawa kita memahami tanpa memberikan penilaian (jugement) atau membuat asumsi tentang orang lain.

  5. Empathy mempertajam ketrampilan orang lain. Upaya membangun ketrampilan orang lain bermula dengan ketertarikan kita sebagai pemimpin dengan apa yang dilakukano orang yang kita pimpin. Ketertarikan ini kita perlihatkan dengan menanyakan tantangan yang dihadapi, keluarganya dan aspirasinya. Dengan melakukan ini maka kita telah meningkatkan ketrampilan orang lain

  6. Empathy membangun iklim komunikasi yang lebih baik. Ketika kita memperlihatkan empathy kita terhadap orang lain, maka hal ini akan membuat orang lain merasa aman dan nyaman untuk menyampaikan apa yang dirasa dan dipikirkan. Hal ini yang

    mengawali adanya bonding dengan orang lain.



Memperhatikan hal-hal tersebut di atas, maka dalam masa pandemic ini, apabilla ingin mendapatkan keberhasilan dalam WFH, maka para pemimpin dapat memulai dengan mulai mengasah empathy dari dalam dirinya. Dengan menguatkan empathy ini maka, pemimpin akan memberikan pemahaman terkait dengan tantangan dan keterbatasan yang dialami oleh bawahannya, sehingga dapat mempersempit gap yang mungkin muncul. Empathy yang diperlihatkan oleh pemimpin akan membuat orang yang dipimpin secara gampang engage dan loyal dengan apa yang harus dikerjakan, karena adanya perasaan bahwa apa yang dilakukan dilihat sebagai sebuat proses bukan hasil semata. Dengan WFH yang sudah memberikan efisiensi waktu (minus perjalanan ke dan dari kantor) bukan berarti memberikan kewenangan pimpinan untuk bertubi-tubi memberikan penugasan yang tidak dibicarakan terlebih dahulu.


Bagaimana pemimpin dapat berperan dalam menjaga produktivitas selama WFH? Salah satu jawabnya adalah ayo menjadi pemimpin yang mengembangkan empathy leadership. Menjadi pemimpin yang empathy dapat dimulai dengan tidak menjadikan dirinya sebagai tolok ukur dari apa yang dapat dilakukan orang lain. Karena setiap orang memiliki alasan tersendiri atas perilaku yang dimunculkan.





Informasi Penulis :
Ayu Dwi Nindyati Sekretaris Umum APIO

Stocks, E. L., Silani, G., Preuscoff, K., Batson, D. C., & Singer, T. (2009). Altruism or psychological escape. Why does empathy promote prosocial behavior. Journal of Social Psychology, 649 - 665.

Daskal, L. (2017). The Leadership Gap, what gets between you and your greatness. New

York: Penguin Random House, LLC.

 
 
 

1 Comment


Keren sangat Insights Full


Like

©2025 by Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi

bottom of page